HalaqahSilsilah Islamiyyah adalah sebuah kegiatan pembelajaran agama islam jarak jauh dengan memanfaatkan sarana grup di aplikasi WhatsApp. Kegiatan ini diprakarsai oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy Lc. MA, Alumni S3 di Universitas Islam Madinah, Kerajaan Saudi Arabia. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara pemberian audio kajian setiap pagi dari hari senin sampai dengan jumat. Rekaman audio Wahaikaumku Seandainya kalian mengakui ini semua Allah yang menciptakan, memberi rezeki, mengatur alam semesta, أفلا تتقون. " kenapa kalian tidak takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala ". Kenapa kalian masih berbuat syirik kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Menunjukkan bahwasanya keyakinan mereka ini tidak menjaga dari azab Halaqahyang ke dua puluh delapan dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah adalah tentang "Kebangkitan "Yang dimaksud dengan kebangkitan adalah dikembalikannya arwah kepada jasad, sehingga manusia kembali hidup. Akan digoncangkan Bumi dengan segoncang-goncangnya dan terbuka kuburan manusia. Kemudian keluarlah semua manusia dari kuburnya Halaqah yang ke-13 dari Silsilah 'ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah adalah tentang Dan Masyiah Allah atau Kehendak Allah yang disebutkan di dalam halaqah yang ke-7 adalah nama lain dari Iradah Kauniah Qadariyyah. 2⃣. Iradah Syar'iyyah Diniyyah. WAG ARN191Grup Materi HSI Reguler🎙 Oleh: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى📗 Silsilah Belajar Tauhid📖 Halaqah 7 - Termasuk Syirik Halaqah09 ~ Rukun Haji (Bagian 2) - Thawaf Ifadhah dan Sai'. Halaqah 10 ~ Kewajiban Haji (Bagian 1) - Ihram Dari Miqat Dan Al-Halq Serta Memendekkan Rambut. Halaqah 11 ~ Kewajiban Haji (Bagian 2) - Wukuf Di 'Arafah Sampai Tenggelam Matahari Dan Bermalam Di Muzdalifah. Halaqah 12 ~ Kewajiban Haji (Bagian 3) - Melempar Jumroh. Halaqahyang ke-58 dari Silsilah 'Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh. Kalau kita teliti banyak sekali apa yang diamalkan oleh ahlul bid'ah dan lain-lain ternyata memang ada asalnya di dalam agama orang-orang Bani Israil. Contoh, misalnya menjadikan kuburan sebagai masjid. gFFiS3u. ● SILSILAH 7 BERIMAN DENGAN KITAB-KITAB ALLĀH ◆ Halaqah 22 Beramal, Ridha Dan Berserah Diri Dengan Hukum-Hukum Yang Belum Dihapus Naskh Di Dalam Kitab-Kitab Allāh ════════════════════════ السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Dengan Kitab-kitab Allāh adalah tentang “Beramal, Ridha Dan Berserah Diri Dengan Hukum-Hukum Yang Ada Di Dalam Kitab-Kitab Allāh”. Diantara cara beriman dengan kitab-kitab Allāh; ⑷ Beramal, ridha dan berserah diri dengan hukum-hukum di dalam kitab-kitab tersebut, baik yang kita ketahui hikmahnya atau tidak. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا “Dan tidak pantas bagi seorang yang beriman laki-laki dan wanita, apabila Allāh dan RasūlNya sudah menetapkan sebuah perkara, kemudian mereka memiliki pilihan yang lain di dalam urusan mereka. Dan barangsiapa yang memaksiati Allāh dan rasulNya, maka sungguh telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” QS Al-Ahzāb 36 Dan Allāh berfirman فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا “Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan engkau wahai Muhammad sebagai hakim di dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak menemukan rasa berat di dalam hati-hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan dan mereka menerima dengan sebenarnya.” QS An Nisā 65 Adapun hukum yang sudah dihapus, maka tidak boleh diamalkan, seperti • Iddah 1 tahun penuh bagi wanita yang ditinggal mati suaminya. ⇒ Sebagaimana di dalam surat Al-Baqarah ayat 240. Maka telah dihapus dengan ayat 234 dari Surat Al-Baqarah yang isinya bahwa ✓Masa iddah wanita yang ditinggal mati suaminya adalah 4 bulan 10 hari. Dan semua kitab yang terdahulu secara umum hukum-hukumnya telah dihapus dengan Al-Qurān. ⇒ Artinya, tidak boleh seorangpun baik jin maupun manusia mengamalkan hukum-hukum yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya, setelah datangnya Al-Qurān. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا “Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitāb yaitu Al-Qurān dengan haq yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan muhaymin kitab-kitab sebelumnya. Maka hendaklah engkau menghukumi diantara mereka dengan apa yang Allāh turunkan. Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu bagi masing-masing dari kalian telah kami jadikan syariat dan juga jalan.” QS Al-Māidah 48 Bahkan Nabi Mūsā sekalipun yang diturunkan kepadanya Taurat harus berhukum dengan Al-Qurān, seandainya beliau masih hidup ketika Al-Qurān turun. Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam bersabda وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي “Demi Zat yang jiwaku ada di tangannya, seandainya Mūsā hidup, niscaya tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku.” HR Ahmad dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh Oleh karena itu Nabi Īsā alayhissalām salam yang diturunkan kepadanya Injīl di akhir zaman, ketika beliau turun akan berhukum dengan hukum Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallāhu alayhi wa sallam. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullāh Roy, Di kota Al-Madīnah Download audio السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Kitab-Kitab Allah adalah tentang “Kitab Al-Qur’an Bagian 3”. Al-Qur’an memiliki nama-nama yang banyak yang menunjukkan keutamaannya, diantaranya Pertama Al-Qur’an ✓Ini adalah nama yang paling banyak di dalam Al-Qur’an dan inilah yang paling masyhur. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا “Apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an? Dan seandainya itu dari selain Allah niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya perselisihan yang banyak.” QS An-Nisa 82 Ke dua Al-Kitab Artinya “kitab”, dari kata كَتَبَ yang artinya “mengumpulkan”. ⇒ Dinamakan demikian karena dia mengumpulkan huruf dengan huruf, ayat dengan ayat, surat dengan surat. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ “Apakah kepada selain Allah aku mencari hakim? Padahal Dialah yang menurunkan Al-Kitab yaitu Al-Qur’an secara terperinci.” QS Al-An’am 114 Ke tiga Kitabullah Artinya “kitab Allah”. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ “Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitabullah dan mendirikan shalat dan berinfak dari sebagian harta yang Kami rezekikan kepadanya, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, mereka mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.” QS Fathir 29 Ke empat Al-Furqan Artinya “yang membedakan”, karena dia membedakan; • Yang benar dengan yang bathil. • Petunjuk dan kesesatan. • Yang halal dan yang haram. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا “Sungguh berbarakah Dzat yang telah menurunkan Al-Furqan yaitu Al-Qur’an kepada hamba-Nya supaya memberi peringatan kepada seluruh alam.” QS Al-Furqan 1 Ke lima Adz-Dzikru ✓Ada yang mengatakan artinya adalah “peringatan”, karena di dalamnya ada peringatan dan nasehat. ✓Dan ada yang mengatakan artinya adalah “penyebutan”, karena di dalam Al-Qur’an disebutkan banyak permasalahan dan dalil-dalil yang jelas. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ “Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Adz-Dzikru yaitu Al-Qur’an dan sesungguhnya Kamilah yang menjaganya.” QS Al-Hijr 9 Diantara nama-nama Al-Qur’an adalah, Ke enam Hablullah Artinya “tali Allah”. Dinamakan demikian karena dia menyampaikan kepada ridha Allah. Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman, وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ “Dan hendaklah kalian semua berpegang teguh dengan hablullah yaitu Al-Qur’an dan janganlah kalian saling berpecah belah.” QS Ali Imran 103 Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam bersabda, وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ ، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي “Dan aku tinggalkan di antara kalian 2 perkara yang berat; yang pertama Kitabullah, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah dengan Kitabullah dan berpeganglah dengannya. Maka beliau pun menganjurkan dan mendorong untuk berpegang teguh dengan Kitabullah. Kemudian Beliau berkata Dan keluargaku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku’.” HR Muslim Di dalam sebuah riwayat, Beliau shallallāhu alayhi wa sallam mengatakan, أحدهما كتاب الله عز وجل هو حبل الله من اتبعه كان على الهدى ومن تركه كان على ضلالة “Yang pertama di antara keduanya adalah Kitabullah, dia adalah hablullah. Barangsiapa yang mengikutinya maka dia di atas petunjuk dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia di atas kesesatan.” Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullah Roy, Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy. Download audio السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه أجمعين Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Kitab-Kitab Allah adalah tentang “Membenarkan Kabar-kabar yang Shahih di Dalam Kitab-Kitab Allah”. Diantara cara beriman dengan kitab-kitab Allah; ⑶ Membenarkan kabar-kabar yang shahih di dalam kitab-kitab tersebut. Seperti kabar-kabar di dalam Al-Qur’an dan kabar-kabar yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum diubah. ⇒ Maksudnya, wajib bagi orang yang beriman membenarkan 1. Kabar-kabar yang ada di dalam Al-Qur’an seperti ✓Kisah-kisah umat terdahulu. ✓Kejadian-kejadian di hari kiamat. ✓Sifat-sifat surga dan neraka. ✓Dan lain-lain. 2. Kabar-kabar yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum diubah. Dan barangsiapa yang mengingkarinya atau meragukannya maka sungguh dia telah kafir. Adapun kabar-kabar yang ada di dalam kitab Taurat dan Injil setelah terjadi perubahan pada sebagian isinya maka kabar-kabar tersebut ada 3 macam 1. Kabar yang datang pembenarannya di dalam agama Islam. Maka wajib bagi kita beriman dan membenarkannya, seperti kabar bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, maka ini ada di dalam Perjanjian Lama Keluaran Pasal 31 Ayat 17. Dan Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an di dalam firman-Nya, إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ “Sesungguhnya Rabb kalian Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari.” QS Al-A’raf 54 2. Kabar yang datang pengingkarannya di dalam agama Islam. Maka wajib bagi kita mendustakannya dan menolaknya, seperti kabar di dalam kitab Taurat yang berisi sifat yang tidak layak bagi Allah dan sifat yang tidak layak bagi sebagian nabi, sebagaimana telah berlalu penjelasannya. 3. Kabar yang tidak ada pengingkaran maupun pembenarannya di dalam agama Islam. Maka kita tidak membenarkan dan tidak mendustakan seperti sebagian perincian yang ada di dalam Taurat yang sekarang, terhadap kisah-kisah yang asalnya ada di dalam Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan di dalam Kejadian Pasal 7 ayat 17 bahwa banjir besar di zaman Nabi Nuh alayhissalām terjadi selama 40 hari. Dan perincian ini tidak disebutkan di dalam agama kita. ✓Kita tidak membenarkan karena mungkin itu termasuk yang ditambah dan diubah dan kita tidak mendustakan karena mungkin itu termasuk wahyu. Rasulullah shallallāhu alayhi wa sallam bersabda, لا تصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم ، وقولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا “Janganlah kalian membenarkan Ahlul Kitab dan janganlah kalian mendustakan mereka, akan tetapi katakanlah Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami’.” HR Bukhari Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullah Roy, Di kota Al-Madinah Materi audio ini disampaikan di dalam grup WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy. Post navigation SILSILAH Al-Qowāidul Arba Halaqah 7 Penjelasan ketujuh ═════════ ❁❁ ═════════ Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Ilmiyyah Al-Qowāidul Arba’, beliau rahimahullah mengatakan فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ اللهَ خَلَقَكَ لِعِبَادَتِهِ؛ فَاعْلَمْ أَنَّ الْعِبَادَةَ لا تُسَمَّى عِبَادَةً إِلا مَعَ التَّوْحِيدِ “Apabila engkau wahai pembaca – pendengar mengetahui bahwasanya Allāh menciptakan dirimu untuk beribadah kepada-Nya MAKA KETAHUILAH bahwasanya ibadah tidak dinamakan ibadah kecuali dengan Tauhid”. Seseorang tidak dinamakan beribadah kepada Allāh, kecuali apabila dia mentauhidkan Allāh meng-Esa-kan Allāh didalam ibadah tersebut. Apabila seseorang mengaku beribadah kepada Allāh tetapi dia tidak meng-Esa-kan Allāh dalam ibadah tersebut, artinya selain dia beribadah kepada Allāh juga menyerahkan sebagian kepada selain Allah ajja wa Jalla maka ini TIDAK DINAMAKAN dengan ibadah. Oleh karena itu beliau mengatakan “ibadah dinamakan ibadah apabila kita ber Tauhid, hanya meng-Esa-kan Allāh didalam beribadah ” Kemudian beliau mengatakan كَمَا أَنَّ الصَّلاةَ لا تُسَمَّى صَلَاةً إِلا مَعَ الطَّهَارَةِ. ” sebagaimana shalat, tidak dinamakan shalat kecuali apabila ada thaharah / bersuci “. Apabila seseorang, misalnya melakukan shalat, ruku sujud berdiri tetapi dia tidak melakukan thaharah, apakah ini dinamakan shalat? Secara dhahir orang menyangkal bahwasanya dia shalat, tetapi karena tidak melakukan thaharah – tidak bersuci, melakukan shalat tersebut dalam keadaan tidak suci maka ini tidak dinamakan shalat لا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةَ أَحَدِكُمْ إذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ “Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak menerima shalat salah seorang dari kalian apabila dia berhadas sampai dia berwudhu “. Berthaharah adalah termasuk syarat sah nya shalat, orang yang shalat tanpa ber thaharah maka tidak dinamakan – melakukan shalat. Ini adalah perumpamaan yang beliau bawakan untuk kita supaya kita mudah untuk memahami ucapan beliau. Demikian pula ibadah, apabila seseorang tidak ber tauhid didalam ibadah tersebut maka ini tidak dinamakan ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sebagaimana shalat apabila tidak ber thaharah / tidak bersuci maka tidak dinamakan shalat. Kemudian beliau mengatakan فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ “Maka apabila kesyirikan masuk didalam sebuah ibadah, ibadah tersebut akan menjadi menjadi rusak ” كَالْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَاَرِةِ ” sebagaimana hadats kecil maupun besar apabila masuk didalam thaharah maka akan merusak thaharah tersebut” Orang yang dalam keadaan suci apabila ada hadats baik yang kecil maupun besar maka kesucian dia menjadi rusak. Syirik apabila masuk didalam ibadah seseorang ibadah tersebut akan menjadi rusak, akan menjadi gugur , Sebagaimana firman Allah Ta’ala مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ ” Tidaklah orang-orang musyirikin mereka memakmurkan masjid² Allāh dalam keadaan mereka bersaksi bahwasanya mereka adalah orang-orang yang kafir merekalah orang-orang yang gugur dan terhapus Amalan-amalan mereka dan mereka akan kekal didalam neraka ” Orang-orang musyirikin quraisy yang ada di zaman Nabi ﷺ, mereka mengaku bahwasanya mereka memakmurkan masjidil Haram, memakmurkan Ka’bah, menghormati orang-orang yang datang kesana memberikan minum kepada Jamaah Haji yang datang kesana. Ini adalah pengakuan orang-orang musyirikin. Allāh mengatakan tidaklah orang-orang musyirikin mereka yang memakmurkan masjid² Allāh sedangkan mereka bersaksi atas diri mereka sendiri bahwasanya mereka orang-orang yang kufur. Allāh mengabarkan bahwasanya Amalan-amalan yang mereka lakukan adalah Amalan-amalan yang batal yg terhapus أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ ” mereka adalah orang-orang yang batal Amalan-amalan dan mereka kekal di dalam neraka”. Kenapa batal? Padahal mereka melakukan amalan yang besar, memberikan penghormatan orang-orang yang datang untuk beribadah kesana, karena iba dah haji ini sudah ada semenjak zaman dahulu, bahkan sebelum datangnya Islam yg dibawa oleh Rasūlullāh ﷺ . Ibadah Haji ini termasuk dalam peninggalan dari Nabi Ibrahim alaihi wa sallam yang merupakan nenek moyang dari orang-orang quraisy itu sendiri, meskipun sudah dirubah caranya oleh orang-orang quraisy, jadi mereka mengaku memakmurkan masjid ² Allāh akan tetapi mereka adalah orang-orang yang kufur sehingga Allāh batalkan Amalan-amalan mereka, menunjukkan bahwasanya kesyirikan – kekufuran ini bisa membatalkan amalan sebagaimana hadats ini bisa membatalkan thaharah seseorang. Wabillahi taufiq wal hidayah Wassalaamu’alaykum warahmatullaah wabarakaatuh Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah ═════════ ❁❁ ═════════

silsilah 7 halaqah 7